Pada suatu pendaftaran calon anggota polisi baru, ada seorang pemuda yang merasa yakin bisa diterima menjadi anggota polisi. Dia membawa semua syarat pendaftaran yang diperlukan lalu menghadap seorang petugas di bagian pendaftaran. Maka terjadilah sebuah dialog seperti ini,
Petugas : “Sebutkan Nama!”
Pendaftar : “Maman”
Petugas: “Tinggi badan?”
Pendaftar : “155 cm”
Petugas: “Berat badan?”
Pendaftar : “80 kg”
Polisi petugas pendaftaran menatap pemuda itu dan berkata, “Melihat postur tubuh anda, anda tidak bisa diterima menjadi anggota polisi.”
Pendaftar : “Tapi pak… saya bisa menyanyi dan menari lagu India.”
Adegan lucu di atas tentu hanya fiktif dan tidak pernah terjadi, tetapi setidaknya mengingatkan kita pada seorang anggota polisi yang mendadak menjadi terkenal. Nama Briptu Norman menjadi buah bibir di mana-mana. Ia menjadi terkenal bukan karena prestasinya menangkap penjahat atau memecahkan sebuah kasus tingkat tinggi, justru karena tingkah lucunya ketika berjoget menirukan lagu India saat bertugas. Cara dia berjoget, meski dilakukan sambil duduk, persis dengan gaya Shahrukh Khan, sang penyanyi lagu berjudul Chaiyya-Chaiyya itu.
Bagaimana ceritanya hingga muncul video itu? Ternyata, Norman merekam aksinya saat piket bersama dua rekannya, Briptu Labonsa dan Briptu Fajri. Norman berbincang dengan Labonsa. Dalam pembicaraan itu, Labonsa sempat curhat seputar permasalahan yang dia alami. Labonsa yang sedang sedih membuat Norman juga ikut bersedih. Dia lantas berinisiatif menghibur temannya dan merekam tindakan itu.
Jika akhirnya rekaman itu sampai beredar di www.youtube.com atau sering disebut YouTube, kemudian dibuka banyak orang hingga akhirnya ditayangkan di media massa nasional, Norman tidak menyadari. Dia baru tahu aksinya disaksikan banyak orang setelah televisi menayangkan beberapa kali. "Saya tidak mencari popularitas. Saya hanya ingin menghibur teman," kata Norman kepada Gorontalo Post (6/4).
Hal serupa juga terjadi pada Udin, Shinta & Jojo bahkan idola remaja di seluruh dunia Justin Bieber. Mereka menarik perhatian masyarakat dengan berbagai cara. Lagu kocak Udin yang berjudul “Udin Sedunia” mengandung lirik lagu yang ndeso tapi kocak, telah berhasil menarik perhatian masyarakat. Simaklah liriknya ”Ini lagu tentang sebuah nama… //Kata orang Udin nama kampungan //Udin yang pertama, namanya Awaludin //Udin yang suka di kamar, namanya Kamarudin //Udin yang hidup di jalanan, namanya Jalaludin …. //Udin yang terakhir, namanya Akhirudin.”
Siapa pula tak gemas dengan aksi Shinta dan Jojo di depan webcam laptopnya? Tingkah laku mereka saat ber-lipsync sangat menggelikan dan orisinil sehingga mampu menciptakan trend baru di dunia “narsis”. Demikian juga dengan Justin Bieber. Berbagai aksinya saat menyanyi di-upload ibunya ke Youtube sehingga setiap orang di seluruh dunia dapat menikmatinya.
Nama-nama yang disebutkan di atas hanya sekelumit contoh dari orang-orang yang mendapatkan popularitas akibat kecanggihan teknologi. Masih banyak contoh dari berbagai belahan dunia lain. Intinya, mereka mendapatkan popularitas karena mereka berada di tempat yang tepat. Meskipun tidak hadir secara fisik, mereka menempatkan diri mereka di tengah keramaian dunia maya yang hiruk pikuk dan dihadiri oleh ratusan juta bahkan miliaran orang dari seluruh dunia. Keberadaan Internet memungkinkan hal itu. Orang-orang ini telah bertindak secara lokal tetapi berdampak secara global, dan mereka menjadi terkenal. Norman mendapat panggilan manggung dimana-mana, Shinta & Jojo menjadi bintang iklan, Udin menjadi host di sebuah acara televisi dan Justin Bieber menjadi idola baru bagi remaja di seluruh dunia.
Peristiwa-peristiwa di atas mengingatkan saya pada dua fragmen yang dicatat di Alkitab (Yoh 7:3-4). Pada saat itu saudara-saudara Yesus menasehati-Nya supaya pergi ke kota besar agar Ia lebih dikenal orang, “…Sebab tidak seorang pun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia." Namun kita tahu, Tuhan Yesus menolak saran itu. Ketika popularitas datang dengan sendirinya, ia disambut sebagai Raja yang akan memerintah di Yerusalem (Yoh 12:12-19). Yesus tetap bersikap biasa saja, dan tidak berusaha mempertahankan popularitas itu. Bahkan Ia mengumumkan hari kematian-Nya telah dekat. Saat itu Yesus telah siap menjadi benih yang akan mati dan ditanam untuk menghasilkan buah. Itulah purpose, tujuan hidup-Nya di bumi ini.
Tuhan Yesus menolak popularitas saran saudara-saudara-Nya, sebab Ia tidak mencari popularitas. Yesus menganggap purpose hidup-Nya lebih penting daripada popularitas. Popularitas hanya singkat dan tidak berdampak kekal. Popularitas seperti trend, datang dan pergi. Saat sesuatu sedang trendy setiap orang seakan mengenal dan mengelu-elukan, tetapi sesudah popularitas seseorang pudar maka orang akan meninggalkan dan melupakan. Orang akan geli melihat orang lain yang masih menggunakan produk yang popular beberapa tahun lalu.
Popularitas bisa dianggap penting tapi ia hanya bersifat sementara. Mungkin Udin dan Briptu Norman masih terkenal sekarang ini, tetapi orang sudah mulai melupakan Shinta & Jojo. Pasti tak lama lagi orang juga akan melupakan mereka semua, tetapi hingga kini orang masih mengenang dan memuja Yesus. Hidup-Nya telah berbuah lebat di sepanjang sejarah, karena itu marilah kita meraih purpose hidup kita seperti Yesus lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar