Selasa, 20 September 2011
Buah Kerendahan Hati
Ia tertegun setelah tiba di puncak gunung. Tangan kirinya mengusap-usap kedua matanya seolah tak percaya dengan apa yang dilihat. Tangan kanannya mencengkeram tongkat gembala yang setia menemani. Ia menatap lembah di hadapannya dengan berbagai macam perasaan yang bergelora di dada. Di kejauhan, Sungai Yordan yang berliku seolah ular sanca yang tengah menikmati sinar matahari setelah kenyang menyantap mangsa. Airnya yang jernih berkilat-kilat terkena sinar matahari, bagaikan setumpukan mutiara yang berjajar-jajar untuk membatasi padang tandus dengan hamparan padang rumput hijau dan hutan lebat di seberang sana. Nampak sekali perbedaan padang belantara yang sedang dilewati bangsa Israel dengan tanah subur yang dijanjikan Tuhan sebagai Tanah Perjanjian untuk Israel. Tak heran jika Yosua dan Kaleb yang telah menyelidiki daerah itu selama 40 hari memberikan laporan dengan penuh semangat. Mereka merobek-robek baju dan menangis meraung-raung ketika 10 mata-mata yang lain menyampaikan laporan yang bertolak belakang, membuat segenap bangsa Israel berkecil hati. Akibatnya mereka saling menghasut untuk mencari pemimpin baru, mengabaikan janji Tuhan dan hendak kembali ke Mesir.
Lalu berbagai kenangan kejadian berpuluh tahun yang lalu sejak dari Tanah Gosen berlompatan dari benaknya. Dengan kuasa dari Tuhan yang diberikan kepadanya, sepuluh tulah ditimpakan kepada orang Mesir: air menjadi darah, katak, nyamuk, pikat hingga semua anak sulung mati. Ia belum dapat melupakan jerit tangis yang melanda seluruh Mesir malam itu. Lalu maha-mukjizat di Laut Merah ketika Tuhan membelah laut untuk menyelamatkan Israel, pemeliharaan Tuhan di padang gurun, tiang awan, tiang api, manna, burung puyuh, air yang berlimpah, hingga peristiwa di padang gurun Zin. Ketika bangsa Israel kehabisan air dan mulai menghujat kepemimpinannya. Ia murka terhadap umat Israel. Ia merasa diremehkan, jerih payahnya tidak dihargai, pengor¬banannya sia-sia dan ia melampiaskan kejengkelannya kepada bukit batu itu. Berbeda dengan perintah Tuhan, dipukulnya bukit batu dengan tongkat supaya mengeluarkan air.
... tak terasa setetes air mengembang di pelupuk matanya dan tanpa disadari menitik di pipi. Pipinya telah mengeras bagaikan bukit batu, dimakan usia dan cuaca padang gurun. Namun hatinya telah dilembutkan Tuhan. Ia sudah meminta ampun kepada Tuhan atas dosanya itu, tetapi untuk sikapnya yang tidak memiliki kerendahan hati itu Tuhan tidak mengijinkan Musa memasuki Tanah Perjanjian. Dan saat ini ia hanya diperkenankan memandang “hadiah” yang disediakan Tuhan bagi generasi baru bangsa Israel, mereka yang tidak terkontaminasi oleh roh ke¬tidak¬taat¬an.
Kali ini ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Ia taat dan merendahkan hati di hadapan Tuhan, bagaimanapun Tuhan telah memberi mandat kepada Yosua – pemuda yang luar biasa itu – untuk menggantikannya memimpin umat Israel memasuki Tanah Perjanjian.
---
Kisah di atas adalah fantasi penulis terhadap perjalanan terakhir Musa sebelum bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian. Ia harus membayar mahal atas kesalahan yang dilakukannya di padang Gurun Zin (Bilangan 20:1-12). Kehormatan hanya layak diberikan bagi mereka yang rendah hati. Amsal berkata, "kerendahan hati mendahului kehormatan" (Amsal 15:33 dan 18:12). Dalam sebuah teladan yang diberikan oleh Yesus, digambarkan orang yang rendah hati akan menerima kehormatan. (Lukas 14: 10).
Apapun profesi kita dan di manapun pekerjaan kita baik bekerja di kantor atau di lapangan, di dalam rumah, atau di luar rumah, firman Tuhan mengajarkan bahwa buah dari menekuni talenta pada profesi kita masing-masing adalah kehormatan. Semua jenis pekerjaan yang dikerjakan dengan rendah hati dan diiringi dengan takut akan Tuhan adalah mulia di hadapan Tuhan. Dan ke sanalah ganjaran akan diberikan yaitu pertama kekayaan dan kedua kehormatan (Amsal 22:4).
--oOo---
Minggu, 12 Juni 2011
Misi di Akhir Zaman: Penting dan Mendesak
Dahulu, di sebuah pantai dengan tebing terjal ada sebuah gardu penolong bagi orang yang mengalami kecelakaan. Di daerah itu sering terjadi kapal karam. Gardu ini tidak lebih dari sebuah gubug dan hanya ada satu kapal saja. Orang-orang yang mendiami gardu itu adalah kelompok aktif yang selalu siaga mengawasi laut dan tak perduli akan hidup dan keamanan diri. Jika ada tanda-tanda terjadi kapal karam di suatu tempat, mereka siap sedia keluar menolong tanpa takut, meskipun dalam gelap dan badai. Banyak orang tertolong dan gardu itu jadi termasyhur.
Ketika gardu semakin masyhur, keinginan orang di sekitar untuk menjadi anggota dalam karya mulia itu bertambah besar. Dengan suka rela mereka menyediakan waktu dan uang, hingga anggota baru diterima, kapal baru dibeli dan awak baru dilantik. Gubug juga diganti dengan rumah yang sesuai, yang layak mengurusi kebutuhan mereka yang diselamatkan dari laut.
Karena kapal karam tidak terjadi setiap hari, tempat itu menjadi tempat berkumpul yang disenangi orang. Dengan berjalannya waktu para anggota begitu terlibat dalam kesenangan, hingga mereka kurang berminat lagi untuk menolong, meskipun mereka memakai simbol penolong sebagai tanda pengenal. Sebetulnya, setiap kali ada orang yang harus diselamatkan dari laut; hal itu menjadi suatu kerepotan, sebab mereka itu kotor dan sakit dan menodai lantai berkarpet dan meja kursi. Kapal karam masih terjadi di daerah itu, tetapi rupanya tidak ada orang yang terlalu memperhatikannya.
---
Bertahun-tahun yang lalu, saat masih terjadi Perang Dingin, kita sempat melihat dengan jelas dunia yang kita tinggali bagaikan telur di ujung tanduk. Selama beberapa dekade kita hidup dengan pengetahuan bahwa manusia telah menciptakan senjata-senjata pamungkas yang setiap saat sanggup menyapu semua bentuk kehidupan di bumi. Namun, ketika Perang Dingin berakhir kita menghadapi tatanan dunia baru yang tak kalah mengerikan. Kondisi dunia secara global semakin tidak aman bagi kehidupan manusia, sering terjadi berbagai bencana alam yang menelan banyak korban jiwa, pemanasan global dengan efek berantainya hingga anomali cuaca yang terjadi di berbagai belahan dunia. Keadaan itu semakin diperparah dengan banyaknya ancaman konflik yang mengarah pada tindak kekerasan. Konflik semacam ini banyak terjadi di berbagai tempat di dunia. Tak jarang konflik itu kemudian tampil dengan wajah yang kejam dan penuh kekerasan dan membuah peperangan, pembunuhan warga sipil tak berdosa hingga pembersihan etnis atau genocide. Generasi-generasi sebelum kita tampaknya telah merasakan bahwa akhir dunia telah dekat, sedangkan kita tampaknya telah menghadapi masa depan yang semakin tak terbayangkan. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa kita telah memasuki “masa akhir dari dunia kita.” Ya, segala sesuatu yang berawal pasti akan berakhir, demikian juga dengan dunia kita, dan kenyataan-kenyataan yang ada telah menunjukkan secara meyakinkan bahwa kita telah berada di akhir zaman.
Kenyataan bahwa kita hidup di akhir zaman, mengingatkan saya pada Amanat Agung Yesus Kristus, “… pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20). Masih relevankah Amanat Agung itu pada masa akhir ini? Sementara gereja-gereja di Eropa yang nota bene adalah gereja yang dahulu pernah mengutus para misionaris ke berbagai penjuru dunia telah ditinggalkan oleh jemaatnya. Bangku-bangku kosong saat ibadah berlangsung telah menjadi pemandangan biasa. Banyak gedung gereja yang ditutup dan beralih fungsi karena tidak ada lagi umat yang datang beribadah di situ. Gagasan tentang Tuhan yang mati tersalib untuk menebus dosa manusia tidak lagi mempunyai nilai jual di sini. Orang-orang yang terpukau dengan kecanggihan teknologi informasi lebih tertarik kepada mistisisme timur, psikologi populer dan kelas-kelas pengembangan diri. Buku-buku bertema latihan yoga, petunjuk meditasi, cara meningkatkan potensi pribadi selalu laris di pasaran. Alih-alih menjalankan Amanat Agung, atusiasme mereka terhadap kegiatan keagamaan telah tergerus oleh arus zaman yang tidak lagi mempercayai TUHAN sebagai pencipta langit dan bumi. Mereka telah meragukan keberadaan Tuhan dan menganggap beriman kepada Tuhan sebagai sesuatu yang membuang waktu dan tak berguna.
Pertanyaan tentang relevansi Amanat Agung semakin menggelitik saya untuk menyelidikinya lebih lanjut, namun saya terkejut ketika membaca kembali Amanat Agung di Injil Matius. Pembacaan itu saya mulai dari Matius 28:16, ”Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan ..." Ayat 17b mencatat, justru ketika Yesus mengetahui beberapa orang masih ragu-ragu, Ia memberikan Amanat Agung itu kepada mereka. Tuhan Yesus tidak menunggu mereka percaya dulu baru memberi sabda. Tuhan menempatkan Amanat Agung-Nya sebagai sesuatu yang penting. Siap atau lengah, percaya atau ragu-ragu, amanat itu tetap harus dijalankan.
Orang-orang yang hadir ke sebuah bukit di Galilea bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka adalah 11 dari 12 murid pilihan Yesus. Sekelompok orang yang berada di lingkaran dalam, orang-orang yang lebih dekat kepada Yesus dibandingkan orang lain yang sekedar ‘pernah’ melihat Yesus, ‘pernah’ mendengar khotbah-Nya atau ‘pernah’ mengalami mujizat yang Yesus lakukan. Mereka adalah orang-orang yang harusnya memiliki komitmen lebih dari pengikut lain. Hidup setiap hari bersama Yesus, mengikuti Yesus ke mana pun Ia pergi, menyimak setiap khotbah-Nya dan takjub dengan mujizat-mujizat-Nya. Paling tidak, mereka telah mendengar atau melihat langsung penampakan Yesus sesudah kebangkitan-Nya. Karena itu ketika menemukan frasa “beberapa orang ragu-ragu” saya benar-benar terkejut. Sedang Yesus yang telah mati dan bangkit itu ada di depan mereka, bisa dilihat dan diraba, mereka masih tidak percaya. Bukankah hal itu sama dengan keadaan dengan dunia sekarang ini? Dunia yang ragu-ragu dan tidak percaya? Dari satu point ini saja, kita langsung melihat bahwa Amanat Agung masih relevan bagi dunia kini.
Ketika Tuhan Yesus menutup amanat-Nya dengan sebuah janji “…Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Janji itu diawali dengan ungkapan penegasan ‘dan ketahuilah’, untuk menguatkan iman mereka dan menarik perhatian mereka. “Perhatikanlah janji ini baik-baik, supaya kamu bisa yakin teguh dan bisa bertahan.” Bantuan yang dijanjikan kepada mereka: Aku menyertai kamu. Bukannya, aku akan menyertai kamu, tetapi aku sedang menyertai kamu – ego eimi. Seperti halnya Allah mengutus Musa, demikianlah Kristus mengutus rasul-rasul-Nya dengan sebutan ini: Aku. Aku menyertai kamu sebagai sekutu yang mendampingimu, berdiri di pihakmu, menyokongmu, untuk menjadi pembelamu dan dengan tetap hati menolongmu. Penyertaan Yesus akan berlangsung secara terus menerus dan tak berkesudahan sampai akhir zaman, sampai kesudahan segala sesuatu.
Lalu, apakah alasan Yesus memberikan Amanat Agung? Ada banyak alasan yang bisa kita temui di seluruh Alkitab, dari Injil Matius saja, saya mendapati setidaknya tiga alasan:
1. Tuaian banyak pekerja sedikit (Mat 9:37)
Keadaan manusia di akhir zaman ini sama seperti domba-domba yang kehilangan gembala, mereka tercerai berai, lari ke sana ke mari tanpa mengetahui arah yang dituju. Mereka juga tidak mengetahui apa yang mereka cari, padahal Allah telah menanamkan bibit-bibit iman di hati manusia. Setiap pribadi manusia diciptakan untuk mendambakan Allah. Allah telah menanamkan kekekalan dalam diri manusia.
Karena manusia tidak mengetahui apa yang mereka cari, maka orang Kristen, yaitu orang-orang yang telah mengenal Jalan, Kebenaran dan Hidup harus menuntun orang yang belum mengenal Yesus kepada-Nya. Yesus menganggap orang-orang bukan hanya sebagai domba tetapi sebagai tuaian. Domba-domba memerlukan gembala dan tuaian harus dituai atau dikumpulkan. Untuk mengumpulkan tuaian diperlukan para penuai, semakin banyak tuaian mestinya semakin banyak pula para penuainya supaya buah yang telah siap dituai tidak menjadi busuk. Melalui Amanat Agung, Yesus mengundang semua orang percaya untuk mengumpulkan semua orang dari segala bangsa untuk datang kepada-Nya untuk dapat menikmati karya keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus. Segera. Dalam tempo sesingkat-singkatnya.
2. Mengasihi sesama manusia (Mat 22:39)
Akibat dosa, kasih menghilang dari kehidupan manusia. Manusia yang diciptakan serupa dengan gambar Allah rindu akan kasih. Kasih akan menyembuhkan penderitaan manusia yang disebabkan oleh dendam dan kebencian. Manusia mengejarnya dengan berbagai upaya tetapi tidak berhasil. Manusia telah terpisah dari Allah sumber kasih. Untuk mengembalikan relasi dengan Allah, manusia harus beriman kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus telah merangkum hukum Taurat menjadi hukum Kasih. Inti Pengajaran Yesus adalah kasih, dan Ia telah membuktikan kasih-Nya dengan kematian di atas kayu salib. Melaksanakan Amanat Agung dan memberitakan rahmat Tuhan kepada manusia adalah bukti kasih kita kepada sesama manusia.
3. Penghakiman Terakhir (Mat 25:31-33)
Bahwa akan ada penghakiman di kemudian hari adalah kenyataan yang harus dihadapi setiap orang. Manusia hidup sekali, sesudah itu dihakimi. Penghakiman ini akan memutuskan nasib setiap orang untuk dibawa kepada kebahagiaan atau kesengsaraan kekal, dan mereka juga akan menerima balasan setimpal dengan apa yang dilakukan dalam kehidupan sekarang.
Penghakiman yang mulia itu merupakan pengadilan umum. Semua orang harus dikumpulkan di hadapan tahta pengadilan Kristus. Semua orang dari segala abad, dari permulaan sampai akhir dunia ini, dari semua tempat di bumi ini, bahkan dari sudut-sudut terpencil dunia yang tak dikenal. Setiap orang akan dipisahkan berdasarkan satu kriteria saja: kudus atau berdosa. Pemisahan itu akan tinggal tetap kekal sampai selama-lamanya, dan kekekalan umat manusia akan ditentukan oleh pemisahan tersebut.
Supaya lepas dari penghukuman kekal, manusia harus dikuduskan. Dosa manusia harus ditebus. Yesus yang telah mati untuk menebus dosa-dosa manusia harus diperkenalkan kepada semua orang. Dengan memberikan Amanat Agung, Yesus hendak melibatkan semua orang percaya untuk membawa sebanyak mungkin orang ke dalam kumpulan domba-domba yang akan menikmati sukacita kekal bersama-Nya.
----
Di tengah dunia yang semakin ragu dan tidak percaya ini, Amanat Agung bukanlah bahan untuk diperdebatkan. Tuhan Yesus telah menempatkannya sebagai sesuatu yang penting dan mendesak. Mempunyai prioritas tinggi. Sampai kapan pun, keraguan akan tetap ada. Tetapi mengingat tuaian sudah menguning dan Ia berjanji untuk menyertai kita hingga akhir zaman, orang Kristen harus selalu antusias menjalankan Amanat Agung. Sebagai institusi, gereja pun harus menetapkan misi sebagai kebutuhan yang penting dan mendesak. Jika tidak, perumpamaan oleh Anthony de Mello di awal tulisan ini menjadi kenyataan yang tak terelakkan.
Sabtu, 21 Mei 2011
Popularitas/Purpose?
Pada suatu pendaftaran calon anggota polisi baru, ada seorang pemuda yang merasa yakin bisa diterima menjadi anggota polisi. Dia membawa semua syarat pendaftaran yang diperlukan lalu menghadap seorang petugas di bagian pendaftaran. Maka terjadilah sebuah dialog seperti ini,
Petugas : “Sebutkan Nama!”
Pendaftar : “Maman”
Petugas: “Tinggi badan?”
Pendaftar : “155 cm”
Petugas: “Berat badan?”
Pendaftar : “80 kg”
Polisi petugas pendaftaran menatap pemuda itu dan berkata, “Melihat postur tubuh anda, anda tidak bisa diterima menjadi anggota polisi.”
Pendaftar : “Tapi pak… saya bisa menyanyi dan menari lagu India.”
Adegan lucu di atas tentu hanya fiktif dan tidak pernah terjadi, tetapi setidaknya mengingatkan kita pada seorang anggota polisi yang mendadak menjadi terkenal. Nama Briptu Norman menjadi buah bibir di mana-mana. Ia menjadi terkenal bukan karena prestasinya menangkap penjahat atau memecahkan sebuah kasus tingkat tinggi, justru karena tingkah lucunya ketika berjoget menirukan lagu India saat bertugas. Cara dia berjoget, meski dilakukan sambil duduk, persis dengan gaya Shahrukh Khan, sang penyanyi lagu berjudul Chaiyya-Chaiyya itu.
Bagaimana ceritanya hingga muncul video itu? Ternyata, Norman merekam aksinya saat piket bersama dua rekannya, Briptu Labonsa dan Briptu Fajri. Norman berbincang dengan Labonsa. Dalam pembicaraan itu, Labonsa sempat curhat seputar permasalahan yang dia alami. Labonsa yang sedang sedih membuat Norman juga ikut bersedih. Dia lantas berinisiatif menghibur temannya dan merekam tindakan itu.
Jika akhirnya rekaman itu sampai beredar di www.youtube.com atau sering disebut YouTube, kemudian dibuka banyak orang hingga akhirnya ditayangkan di media massa nasional, Norman tidak menyadari. Dia baru tahu aksinya disaksikan banyak orang setelah televisi menayangkan beberapa kali. "Saya tidak mencari popularitas. Saya hanya ingin menghibur teman," kata Norman kepada Gorontalo Post (6/4).
Hal serupa juga terjadi pada Udin, Shinta & Jojo bahkan idola remaja di seluruh dunia Justin Bieber. Mereka menarik perhatian masyarakat dengan berbagai cara. Lagu kocak Udin yang berjudul “Udin Sedunia” mengandung lirik lagu yang ndeso tapi kocak, telah berhasil menarik perhatian masyarakat. Simaklah liriknya ”Ini lagu tentang sebuah nama… //Kata orang Udin nama kampungan //Udin yang pertama, namanya Awaludin //Udin yang suka di kamar, namanya Kamarudin //Udin yang hidup di jalanan, namanya Jalaludin …. //Udin yang terakhir, namanya Akhirudin.”
Siapa pula tak gemas dengan aksi Shinta dan Jojo di depan webcam laptopnya? Tingkah laku mereka saat ber-lipsync sangat menggelikan dan orisinil sehingga mampu menciptakan trend baru di dunia “narsis”. Demikian juga dengan Justin Bieber. Berbagai aksinya saat menyanyi di-upload ibunya ke Youtube sehingga setiap orang di seluruh dunia dapat menikmatinya.
Nama-nama yang disebutkan di atas hanya sekelumit contoh dari orang-orang yang mendapatkan popularitas akibat kecanggihan teknologi. Masih banyak contoh dari berbagai belahan dunia lain. Intinya, mereka mendapatkan popularitas karena mereka berada di tempat yang tepat. Meskipun tidak hadir secara fisik, mereka menempatkan diri mereka di tengah keramaian dunia maya yang hiruk pikuk dan dihadiri oleh ratusan juta bahkan miliaran orang dari seluruh dunia. Keberadaan Internet memungkinkan hal itu. Orang-orang ini telah bertindak secara lokal tetapi berdampak secara global, dan mereka menjadi terkenal. Norman mendapat panggilan manggung dimana-mana, Shinta & Jojo menjadi bintang iklan, Udin menjadi host di sebuah acara televisi dan Justin Bieber menjadi idola baru bagi remaja di seluruh dunia.
Peristiwa-peristiwa di atas mengingatkan saya pada dua fragmen yang dicatat di Alkitab (Yoh 7:3-4). Pada saat itu saudara-saudara Yesus menasehati-Nya supaya pergi ke kota besar agar Ia lebih dikenal orang, “…Sebab tidak seorang pun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia." Namun kita tahu, Tuhan Yesus menolak saran itu. Ketika popularitas datang dengan sendirinya, ia disambut sebagai Raja yang akan memerintah di Yerusalem (Yoh 12:12-19). Yesus tetap bersikap biasa saja, dan tidak berusaha mempertahankan popularitas itu. Bahkan Ia mengumumkan hari kematian-Nya telah dekat. Saat itu Yesus telah siap menjadi benih yang akan mati dan ditanam untuk menghasilkan buah. Itulah purpose, tujuan hidup-Nya di bumi ini.
Tuhan Yesus menolak popularitas saran saudara-saudara-Nya, sebab Ia tidak mencari popularitas. Yesus menganggap purpose hidup-Nya lebih penting daripada popularitas. Popularitas hanya singkat dan tidak berdampak kekal. Popularitas seperti trend, datang dan pergi. Saat sesuatu sedang trendy setiap orang seakan mengenal dan mengelu-elukan, tetapi sesudah popularitas seseorang pudar maka orang akan meninggalkan dan melupakan. Orang akan geli melihat orang lain yang masih menggunakan produk yang popular beberapa tahun lalu.
Popularitas bisa dianggap penting tapi ia hanya bersifat sementara. Mungkin Udin dan Briptu Norman masih terkenal sekarang ini, tetapi orang sudah mulai melupakan Shinta & Jojo. Pasti tak lama lagi orang juga akan melupakan mereka semua, tetapi hingga kini orang masih mengenang dan memuja Yesus. Hidup-Nya telah berbuah lebat di sepanjang sejarah, karena itu marilah kita meraih purpose hidup kita seperti Yesus lakukan.
Minggu, 01 Mei 2011
Umpan Ampuh Untuk Mengail Ide
Bagi penulis, "ide" adalah makhluk yang menggemaskan. Kedatangannya tak dapat dijadwal tepat waktu, mirip sekali dengan pelayanan kereta api di Indonesia. Ketika kita sangat membutuhkan, dia malah jual mahal, bersembunyi entah di mana. Ketika kita sedang tidak siap menulis, dia malah menari-nari menggoda otak kita.
Namun, tidak usah khawatir. Anda sebenarnya dapat memasang umpan yang jitu untuk mengail ide pada saat membutuhkannya. Anda memiliki tiga jenis umpan, yaitu umpan ingatan, umpan pengamatan, dan umpan riset.
Ingatan
Theodore Roosevelt berkata, "Do what you can, with what you have, where you are." Kita dapat memulai mendapatkan bahan cerita dari apa yang sudah kita miliki saat ini, yaitu ingatan atau memori.
Kode Kata Salah satu kunci untuk membuka peti ingatan kita adalah dengan kode kata. Cara yang dipakai adalah memilih kata kunci dari tema cerita atau premis yang sudah ditentukan. Kata ini dipakai sebagai pijakan awal yang akan menuntun kita untuk menemukan satu tema cerita yang spesifik. Setiap kata akan memicu Anda untuk memikirkan beberapa pengalaman. Ketika Anda mengingat kembali satu pengalaman, hal itu akan mendorong Anda untuk menghubungkannya dengan pengalaman lain yang mungkin terlupakan.
Curah Gagasan (Brainstorming) Metode ini merupakan pengembangan dari metode kode kata. Berawal dari sebuah kata, kita menuliskan semua ide yang berkaitan dengan kata tersebut. Anda tidak perlu memusingkan urut-urutannya, alur logika, atau ejaan tulisan. Ketika semua ide sudah dituangkan, selanjutnya bacalah daftar ide Anda. Apakah Anda dapat menarik sebuah benang merah di antara daftar itu? Apakah ada ide yang perlu dibuang? Apakah ada kaitan di antara ide tersebut?
Menulis Bebas Metode ini hampir mirip dengan melamun. Caranya diawali dengan suatu kata tertentu, Anda menulis secara bebas. Tidak harus berkaitan dengan kata kunci tertentu (inilah perbedaan dengan curah gagasan). Tujuan utamanya adalah menulis kalimat sebanyak-banyaknya dalam waktu tertentu (5-10 menit) tanpa berhenti. Anda tidak perlu merisaukan arah tulisan tersebut dan ketepatan ejaan. Tulis saja dengan bebas.
Jika dirasa sudah cukup, maka baca kembali hasil tulisan bebas tersebut. Temukanlah ide-ide menarik yang dapat dikembangkan. Dari tulisan di atas, kita dapat mengembangkan cerita sesuai dengan ide-ide menarik tersebut.
Pemetaan Pikiran Pemetaan pikiran (mind mapping) adalah sistem perekaman pikiran supaya kita biasa menggunakan otak kiri maupun otak kanan dengan baik. Seluruh bagian otak digunakan untuk berpikir. Untuk melakukan ini, kita dapat menggunakan kata-kata kunci, lambang, dan warna. "Mind mapping" memungkinkan kita membangkitkan dan mengatur pikiran-pikiran pada waktu yang sama.
Pengamatan
Meskipun ingatan dapat menjadi sumber cerita yang kaya, tetapi tidak semua hal masuk ke dalam ingatan Anda. Contohnya, kalau Anda dibesarkan di gunung, Anda mungkin tidak punya kenangan atas kehidupan di laut. Kalau Anda lahir dan besar di kota, Anda mungkin tidak memiliki kenangan atau pengalaman sebagai penggembala. Untuk itu, Anda dapat memakai teknik pengamatan atau observasi.
Di dalam kemiliteran, sebelum menyerbu sebuah kota, sang perwira biasanya mengirimkan unit mata-mata untuk menyusup ke sasaran serbu. Tugas mereka adalah mengamati situasi di dalam kota dan mengumpulkan informasi intelijen sebanyak-banyaknya. Misalnya, mencatat keadaan jalan, pembangkit listrik, instalasi militer, sarana komunikasi, jumlah penduduk, dll.. Mirip dengan agen spionase, dalam metode ini Anda mendatangi sebuah tempat dan mencatat apa saja yang menonjol dan berkesan bagi Anda.
Riset
Ada pepatah mengatakan, "Learn from other people's mistakes, life isn't long enough to make them all yourself." Meski kelihatannya bercanda, tapi ada kebenaran indah di dalam kebenaran ini. Kita harus belajar dari orang lain. Tidak hanya dari kesalahan mereka saja, tetapi juga dari keberhasilan mereka. Dengan belajar dari orang lain, kita bisa menghemat waktu, biaya, dan sumber daya lainnya.
Sebagai contoh, Anda mungkin belum pernah melihat padang rumput di Israel karena untuk pergi ke sana membutuhkan ongkos besar. Hal ini dapat disiasati dengan riset, yaitu meminta informasi dari orang lain.
Resource : www.sabdaspace.org/umpan_ampuh_untuk_mengail_ide
Minggu, 24 April 2011
Mengganti Simbol Paskah
Sebagai kota metropolitan, bisa dipastikan Jakarta memiliki ratusan gedung gereja. Tetapi hanya ada satu yang mempunyai julukan ”Gereja Ayam”. Tentu saja ini bukan julukan untuk mendiskreditkan atau bahkan menghina gereja itu, mengingat ayam sering dikonotasikan sebagai hewan yang inferior. Sebutan ”Gereja Ayam” bukan untuk mengejek, namun nama yang benar-benar digunakan untuk menyebut GPIB Pniel di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Gereja Ayam, adalah sebuah gereja peninggalan zaman kolonial di Indonesia. Arsitektur gereja ini dirancang oleh Ed Cuypers dan Hulswit. Gereja ini dibangun antara 1913 dan 1915 dan mulanya diberi nama Gereja Baru. Julukan Gereja Ayam diberikan karena di atap gereja ini diletakkan sebuah petunjuk arah angin yang dibuat berbentuk ayam jantan yang sedang bertengger, siap untuk berkokok.
Rupanya julukan Gereja Ayam bukan dimiliki GPIB Pniel saja. Di kota kecil Ambarawa, Jawa Tengah juga ada sebuah gereja di pinggir jalan raya yang dijuluki Gereja Ayam. Alasan penyebutannya sama, di puncak menara gedung gereja itu ada petunjuk arah angin yang berbentuk ayam.
Selain ayam, Orang Kristen sering menggunakan margasatwa untuk simbol yang menggambarkan suatu pribadi, peristiwa atau kejadian, misalnya rajawali, burung dara, rusa, dan lain-lain. Sementara simbol kelinci digunakan untuk memperingati Paskah. Mereka menggunakannya ketika mengirim kartu, MMS, email atau membuatnya sebagai hiasan Paskah di gereja. Sudah lama mereka menggunakan lambang kelinci tanpa menyadari ada sesuatu yang salah dengan lambang itu.
Penggunaan lambang kelinci sejalan dengan sebutan Easter dalam Bahasa Inggris yang sering digunakan untuk istilah Paskah, padahal istilah itu setali tiga uang dengan lambang kelinci, sama-sama mengandung kesalahan. Untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang keduanya (simbol kelinci dan istilah Easter) kita harus merujuk pada asal-usul peringatan Paskah itu sendiri.
Perayaan Paskah
Perayaan Paskah adalah peringatan akan karya Allah dalam membebaskan Israel dari perbudakan di Mesir. Ketika itu Allah menurunkan tulah kesepuluh dengan cara membunuh semua anak sulung bangsa Mesir. Namun anak-anak sulung bangsa Israel selamat dari pembunuhan itu karena mengikuti petunjuk yang diberikan Allah kepada Musa. Mari kita lihat Keluaran 12:13-18.
Dalam Alkitab bahasa Inggris di Keluaran 12:13 ditulis "And the blood shall be to you for a token upon the houses where you are and when I see the blood, I will pass over you, and the plague shall not be upon you to destroy you, when I smite the land of Egypt"(KJV). Dari kata ‘pass over' itulah maka Paskah dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi Passover sedangkan dalam bahasa Yunani ditulis "Pascha".
Tuhan menetapkan tata cara perayaan Paskah secara lengkap dalam Ulangan 16:1-3 dan 6-7. Perayaan Paskah dimulai pada bulan pertama, yaitu bulan Abib, tanggal 14 di mana bangsa Israel mulai memotong hewan kurban persembahan pada waktu senja. Kemudian tanggal 15 bulan Abib, bangsa Israel akan memasak hewan kurban dan memakannya bersama. Perlu diperhatikan bahwa perhitungan penggantian hari yang kita kenal sekarang dimulai setelah jam 12 malam, sedangkan perhitungan penggantian hari bagi bangsa Israel dimulai setelah matahari terbenam. Jadi, ketika bangsa Israel mulai memotong hewan kurban kira-kira jam 6 sore ketika matahari terbenam maka saat itu masih tanggal 14 dan ketika sudah mulai gelap berarti sudah masuk tanggal 15. Saat makan daging hewan kurban itulah hari pertama perayaan Roti Tidak Beragi.
Hingga sekarang, orang Kristen dan orang Yahudi tetap memperingati Paskah, meskipun makna perayaan yang dilakukannya berbeda. Pengikut Kristus merayakan Paskah untuk memperingati hari kebangkitan Yesus Kristus mengalahkan kematian, sementara orang Yahudi merayakan Paskah sebagai peringatan akan perlindungan Tuhan yang meluputkan bangsa Israel dari kematian di Mesir. Sampai kini, kebanyakan orang Yahudi tidak mempercayai Tuhan Yesus Kristus sebagai Mesias.
Easter yang seharusnya tidak kita rayakan
Kata Easter berasal dari kata "Ishtar" di mana Ishtar adalah perayaan legenda kebangkitan seorang dewa bangsa Babilonia yang bernama Tamus. Sebenarnya ia adalah anak Nimrod, raja Babilonia. Saat berburu dengan ayahnya ia diserang seekor babi hutan hingga tewas. Supaya terus dikenang oleh rakyat Babilonia ia kemudian diangkat sebagai dewa, dan tentu saja ia tidak pernah bangkit. Ketika Nimrod meninggal pun, istrinya yang bernama Semiramis mendoktrinasi pengikutnya bahwa Nimrod telah naik ke tahtanya di matahari dan harus dipuja sebagai Baal yaitu sang dewa matahari. Semiramis sendiri menyatakan bahwa ia datang ke Bumi melalui peristiwa di mana ia turun dari bulan dengan mengendarai telur besar dan mendarat di sungai Efrat. Bagaimana dengan kelinci? Bagi Semiramis, kelinci dianggap sebagai binatang keramat. Kelinci adalah hewan yang bersembunyi sepanjang musim dingin dan muncul kembali di awal musim semi. Kelinci dipakai sebagai hewan kurban di setiap perayaan Easter.
Kapan Paskah dan Easter dirayakan ?
Perayaan Paskah dan Easter (atau Ishtar) adalah dua perayaan yang berbeda dan sama sekali tidak berhubungan. Perayaan Easter dirayakan setiap minggu pertama setelah pergantian dari musim dingin ke musim semi. Perlu diketahui bahwa musim semi bisa maju atau mundur sehingga otomatis perayaan Easter pun bisa maju atau mundur dan berkisar di tanggal 22 Maret hingga 25 April. Sedangkan perayaan Paskah diadakan di awal atau pertengahan bulan April. Oleh sebab itu tidak heran bila kadang-kadang Paskah dan Easter bisa jatuh pada hari atau minggu yang sama.
Perayaan Easter pun disebut di Alkitab, yaitu ketika Raja Herodes merayakan Easter, bukan Paskah. Ingat bahwa Raja Herodes bukanlah orang Kristen dan ia sangat membenci orang Kristen. Ketika Raja Herodes membunuh Yakobus dan ingin membunuh Petrus kebetulan saat itu sedang dalam m asa perayaan Roti Tidak Beragi. Raja Herodes kemudian memenjarakan Petrus karena ia ingin merayakan Easter (bukan Paskah). Hal ini mungkin membingungkan bagi kita karena Alkitab bahasa Indonesia menggunakan satu kata untuk dua perayaan yang berbeda maksud dan tujuan.
Apabila kita lihat Kis. 12:4 dalam Alkitab Bahasa Inggris versi King James (King James Version) maka akan terlihat perbedaannya: “…he put him in prison, and delivered him to four quaternion of soldiers to keep him; intending after Easter to bring him forth to the people.” Pada Alkitab Bahasa Inggris itu, kata "Paskah" diterjemahkan sebagai "Passover" bukan "Easter", lihat Matius 26:17-18:“… I will keep the Passover at your house with My disciples."
Dari sini bisa terlihat perbedaan penggunaan kata Passover dengan Easter di Alkitab King James Version. Ketika Petrus ditahan saat itu sedang perayaan Roti Tidak Beragi. Seperti yang telah dijelaskan di atas, perayaan Roti Tak Beragi dirayakan setelah Paskah sedangkan Raja Herodes ingin merayakan Easter yang saat itu akan dirayakan beberapa hari kemudian. Jadi jelaslah bahwa Raja Herodes merayakan Easter yang menyembah dewa Tamus dan Raja Herodes tidak pernah merayakan Paskah peringatan kebangkitan Yesus dari kematian atau Paskah orang Yahudi.
Mengganti Simbol Paskah
Kembali pada kisah ”gereja ayam” di atas. Mengapa bentuk ayam yang dipilih? Ayam adalah lambang permulaan sebuah hari. Setiap pagi, sebelum manusia atau hewan lain bangun ia bangun terlebih dahulu untuk berkokok dan membangunkan semua makhluk. Ayam adalah lambang bangunnya kehidupan ciptaan. Sejak abad-abad pertengahan gereja memakai ayam sebagai lambang kebangkitan Yesus Kristus. Ayam menjadi lambang munculnya hidup yang baru karena kebangkitan Tuhan. Ayam yang berkokok setiap hari seolah-olah berkata, ”Hari ini juga hari Paskah !” Ia merayakan kebangkitan Tuhan Yesus setiap hari, bukan setahun sekali.
Kesimpulan
1. Paskah atau Passover yang kita rayakan adalah perayaan kebangkitan Yesus Kristus mengalahkan kematian. Awal dari perayaan Paskah adalah peringatan akan karya Tuhan yang meluputkan bangsa Israel dari malapetaka maut di mana semua anak pertama bangsa Mesir dibunuh oleh malaikat Tuhan.
2. Perayaan Easter (atau Ishtar) adalah perayaan kebangkitan seorang dewa bernama Tamus yang ditandai dengan simbol kelinci. Sebaiknya orang Kristen tidak lagi mengucapkan Happy Easter tetapi mengucapkan Happy Passover dan tidak menggunakan kelinci sebagai simbol Paskah.
3. Ayam jantan lebih tepat digunakan untuk simbol Paskah menggantikan hewan kelinci. Ayam jantan adalah simbol kehidupan yang baru setiap hari. Sama seperti kematian dan kebangkitan Yesus yang telah mengalahkan maut dan memberi kehidupan yang baru kepada orang yang percaya kepada-Nya.